Bermula dari Turunnya Penonton ke Lapangan

آخرین مقالات :

 

Saat melakukan pengusutan tragedi Kanjuruhan, Komnas HAM menemukan beberapa poin penting. Yang pertama adalah tentang awal mula kerusuhan terjadi. Berdasarkan pengakuan korban selamat, Komnas HAM menyatakan bahwa para pendukung Arema FC masuk ke lapangan untuk menyemangati para pemain, bukan untuk membuat keributan.

Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam menyatakan, “Pemain Arema kemudian menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh Aremania–jadi memang ini ada tradisi begitu–yang berada di stadion Kanjuruhan Malang. Selanjutnya ketika pada saat pemain Arema menuju ruang ganti, sejumlah Aremania menghampiri pemain dan memeluk pemain dengan tujuan memberikan semangat.”

۲٫ Gas Air Mata Picu Banyak Korban

Choirul Anam juga menyatakan bahwa gas air mata yang ditembakkan ke arah tribun membuat banyak korban berjatuhan. Hal itu terbukti dari video amatir milik korban yang telah meninggal dunia dalam tragedi mengenaskan tersebut. Faktanya, gas air mata yang ditembakkan ke arah tribun membuat penonton sesak napas, panik, hingga bergegas lari ke luar stadion.

Sementara itu, Komnas HAM juga menemukan fakta bahwa pintu stadion Kanjuruhan ternyata hanya terbuka sedikit saja. Alhasil, banyak penonton yang terinjak-injak, sesak napas, mata perih, hingga meninggal dunia saat pergi ke luar stadion.

Padahal, FIFA sudah melarang penggunaan gas air mata dalam pertandingan sepak bola karena dapat berdampak buruk terhadap slot gacor hari ini kesehatan korban seperti terkena gangguan pernapasan, penglihatan, bahkan semakin mudah tertular penyakit pernapasan seperti Covid-19. Selain itu, penggunaan gas air mata ditakutkan akan membuat penonton berusaha untuk menghindari gas air mata sehingga menyebabkan insiden berdesakan dan terinjak-injak.3. Rekaman CCTV Hilang Selama 3 jam

Dalam melakukan penyelidikan, pemerintah telah membentuk tim khusus untuk mengusut fakta-fakta penting dibalik terjadinya tragedi Kanjuruhan. Tim tersebut bernama Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) yang dipimpin oleh Mahfud MD selaku Menko Polhukam RI. Selain itu, TGIPF beranggotakan tokoh-tokoh penting di Indonesia seperti rektor, pengamat olahraga, jurnalis, mantan pengurus PSSI, hingga mantan pemain tim nasional sepak bola.

Salah satu temuan menarik dari TGIPF adalah adanya rekaman CCTV yang hilang atau terhapus selama 3 jam 21 menit 54 detik karena alasan gangguan internet. TGIPF juga menyebutkan ada rekaman CCTV yang dilarang diunduh oleh aparat kepolisian. Hilangnya rekaman tersebut otomatis menyusahkan proses investigasi TGIPF dalam mengusut fakta yang terjadi saat tragedi berlangsung.